October 16, 2010

Rindukah Waktu Itu

Ku nurkilankan kepada diri dan siapa saja yang berasa dirinya kini dalam keadaan yang sedih atau jatuhnya iman.

Aku rindu saat itu, aku rindu masa lalu itu…bukanlah suatu masa yang terlalu lampau…tidak. aku rindu miliki rasa itu lagi, sungguh indah. sungguh. bilamana tak tersedarkan oleh lenaan mimpi, akan ada yang mengejutkanku untuk menunaikan solat. Bilamana masih sempat waktu jemaah di surau, kan laju menuruti anak tangga satu persatu bersama, atau kerapnya dengan menggunakan lif tersedia, Oh! Juga bersama dengan lain-lain dari tingkat yang berbeda-beda. Aku rindu.

Bilamana jika terlepas jemaah itu, membuka dan membuat jemaah baru bersama. Bilamana selesai solat sunat rawatib, Quran mula menyusul di bilik, seperti berlumba-lumba siapa paling banyak membaca, tajwidnya tetap cuba dijaga. Bilamana, hampir seluruh pelusuk mula berkata, “mereka sememangnya senantiasa bersama”. Oh, sungguh. Itu membuatku tersentuh. Kerna aku bukan cukup gagah perkasa seperti bulan yang seorangan yang senantiasa menuruti perintahNya. Aku juga bisa gagal. Aku bisa. Ku harus berdoa untuk terus disamping yang hebat amalnya. Bak pepatah yang sering berlegar di benak minda, “serigala lebih menyukai kambing yang bersendirian berbanding yang berada dalam segerombolan”. Serigala yang diibaratkan syaitan dan nafsu harakah yang membinasakan. Sama saja seperti sebatang lidi yang mudah dipatahkan berbanding serumpun lidi. Keras.

Seketika sesudah subuh itu, ku dapat suatu perumpamaan yang juga hampir jitu sepertinya. Tapi berlainan bagiku. Tersentuh. Kerna punyai bait-bait yang lebih mengopak rasa realiti dari sudut yang berbeza. Kata-kata itu memberi kesan kepadaku, sungguh, "kita seumpama sehelai kertas yang berlubang-lubang disana sini, namun ia ditampung dan ditutup rapi oleh helaian-helaian kertas yang lain. Sehinggakan seperti kertas yang sungguh baik jika diangkat bersama. Tersusun".Lubang bertompok itu umpama dosa-dosa mahupun kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

Sungguh, iman itu punyai naik turunnya. Alangkah indahnya jika aku rasai sebegitu kini. Sungguh, ku bukan segagah ultraman, yang mampu kalahkan musuh walau tetap lampu merah terpahat didadanya menyala-nyala. Kuat. Hebat. Perkasa.

“Bila kita sedang merasa diri lemah dan beban berat, datanglah kepada Allah, berharaplah padaNya. Bagi Allah tiada yang mustahil. Serahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah. Mintalah kepadaNya agar berkenan mengubah, memperbaiki dan membuat hidup kita menjadi lebih baik, lebih indah dan mulia.” - Muhamad Agus Syafii


“Ya Allah, aku memohon kebahagiaan untuk mereka yang sedang bersedih. Sembuhkanlah bagi mereka yang sedang terbaring sakit. Sucikanlah hati kami yang terkotori oleh nafsu duniawi agar mendekatkan kami dengan cintaMu.” - Muhamad Agus Syafii

“Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, JIKA kamu orang-orang yang beriman.” [Ali Imran : 139]

Ya…JIKA..jika…jika…

4 comments:

akmarhisham said...

kambing, lidi, kertas lobang2

apeks said...

ops..terjawab disini...

akula said...

alamak gambar orang rukuk tu aku kenal tu...bercahaya sungguh..nice!! hehe

apeks said...

kredit to ahmad mustafa din wa khairul anuar ler~~

Post a Comment

soksek..soksek..